Teringat tema khutbah yang disampaikan khatib pada
shalat Jum’at tadi di Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri dengan Judul “ Para
Pendusta Agama” dalam khutbahnya sang khatib menjelaskan siapa yang dimaksud
para pendusta agama? Pendusta agama ialah yang dimaksud dalam surah Al Maun
ayat 1-7 “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Yaitu, orang yang
menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka,
celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya,
yang berbuat riya, dan enggan memberikan bantuan."
Dengan memohon ampunan, pertolongan dan petunjuk
dari Allah Tabaraka Wa Ta’ala mari kita telaah surah ini, ayat pertama pada
surat ini merupakan kalimat tanya “Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan
agama?” Menurut kebanyakan ahli tafsir, hal itu dimaksudkan untuk menggugah
hati pendengarnya agar memberikan perhatian lebih kepada apa yang selanjutnya
akan ditunjukkan pada ayat-ayat berikutnya.
Kalau kita pehatikan ayat-ayat Al quran sebagian bernada menyindir,
bertanya, mengancam, memuji itu karena memang Al-quran di turunkan sebagai
bentuk komunikasi antara Allah dengan makhluknya, sehingga pertanyaan pertama
yang diberikan Allah kepada kita dalam ayat ini wajib diperhatikan. Ayat kedua
dan ketiga adalah jawaban lugas dari pertanyaan sebelumnya, bahwa ciri pendusta
agama adalah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberii makan
orang miskin, Anak yatim dan orang miskin adalah dua kelompok yang paling
rentan di masyarakat. Mereka digolongkan orang-orang yang lemah. Itulah mengapa
Islam mewajibkan kita menolong mereka. Islam mendorong umatnya agar dalam
beragama tidak selalu mementingkan aspek ibadah mahdhoh yang bersifat
vertikal saja.
Di ayat selanjutnya bertutur tentang orang-orang
yang lalai dalam shalatnya dan riya. Lalai dalam shalat berarti bahwa orang itu
fisiknya shalat; tetapi hati, jiwa, dan perilakunya tidak ikut shalat. Yaitu,
yang shalatnya tidak bermakna dan
berdampak pada perilaku sosialnya sehari-hari. Dalam shalat, banyak
hikmah yang terkandung. Ada yang berpendapat, ketika shalat dibuka dengan
takbiratulihram, itu berarti kita menyapa Allah. Kemudian, diakhiri dengan
salam, yang artinya menyapa manusia.
Menengok ke kanan dan kiri sebagai tanda akhir shalat menunjukkan bahwa kita peduli pada kondisi lingkungan sekitar atau tetangga di kanan dan kiri, Dengan demikian, salah satu pesan fundamental shalat adalah kepedulian pada orang lain.
Menengok ke kanan dan kiri sebagai tanda akhir shalat menunjukkan bahwa kita peduli pada kondisi lingkungan sekitar atau tetangga di kanan dan kiri, Dengan demikian, salah satu pesan fundamental shalat adalah kepedulian pada orang lain.
Menurut saya kalimat sindiran ayat 4-5 ( 4 ) maka
celakalah bagi orang yang shalat ( 5 ) ( yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, memiliki susunan bahasa yang sempurna, bahwa Shalat menempati posisi
penting dalam Islam, tetapi juga bisa menyebabkan kecelakaan memerintahkan kita
untuk waspada dan selalu rendah hati bahwa diterima atau ditolak suatu ibada
mutlak hak Allah, tidak ada manusia yang diberikan legitimasi menyatakan
ibadahnya sudah cukup mengantarkannya pada surganya
Masih soal lalai dalam shalat Allah berfirman :
Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang
jelek) yang meremehkan sholat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak
akan menemui kesesaatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal
sholeh? (QS. Maryam: 59-60)
Para ulama mengomentari ayat diatas dengan
tafsirnya yang terdapat dalam Ibnu Katsir sebagai berikut :
1. Muhammad bin Kaab Al Quraan Al Qurdly, dan
Ibnu Zaid bim Aslam dan Sady yang disebut meremehkan sholat adalah Meninggalkan
Sholat ( Tidak sholat )
2. Al Auz, Ibnu Maasud, Ibnu jarir, Ibnu Juraih
meremehkan sholat adalah meremehkan waktu
3. Al Hasan Al-Bashri, meremehkan sholat adalah
meninggalkan Masjid ( Tafsir Ibnu katsir 3 / 21 )
Secara tegas Saad bin Abi Waqosh menyampaikan
“Aku telah bertanya kepada Rasulullah tentang mereka yang melalaikan sholatnya,
maka beliau menjawab Yaitu Mengakhirkan waktu , yakni mengakhirkan waktu
sholat.”
Pada konteks kekinian menurut saya bisa jadi
perhatian kita terutama bagi para politisi yang mempolitisir agama hanya untuk
memperoleh dukungan, dengan maksud riya tetapi pada kehidupannya tidak
mencermintakan kepribadian islami yang absolutely terutama dalam surat Al Ma’un
ini politisi/pemimpin yang kebijakannya tidak mencermirkan kepedulian dan
perbuatan cinta kasih terhadap rakyat maka mereka bisa dikategorikan sebagai
pendusta agama. Wallahu A’lam
Surat Al-Ma’un mengandung arti yang sangat indah,
Al-ma’un bermakna perbuatan cinta kasih, sebagai penegas tujuan diturunkannya
agama Islam yaitu sebagai rahmatan lil alamin (pembawa cinta). Al Ma’un juga
membawa pesan bahwa ummat Islam yang benar agamanya (bukan pendusta agama)
sangat peduli terhadap nasib sesama, memberikan pertolongan pada dhu’afa, anak
yatim dan kaum tertindas, menjadi masyarakat yang tidak sombong dan tidak riya.
Indah sekali bagi siapapun yang membaca wajah ummat Islam yang dicita-citakan
oleh ayat ini.
Wallahul muwafiq ila aqwamith
thariq. Wallahu a’lam bish shawab. Wassalam (‘ala manit taba’al huda)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar